+ Huruf Lebih Besar | -Huruf Lebih Kecil

WELCOME

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas diluncurkannya Weblog ROHIS SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Mengingat begitu cepatnya perkembangan IPTEK khususnya dibidang...

Senin, 20 Desember 2010

Anda Takut Mati?

Kebanyakan orang mempunyai perasaan takut akan kematian. Kematian seolah-olah sesuatu yang menyeramkan, bahkan orang yang mati pun –yang sudah tidak berdaya gerak- menjadi sasaran ketakutan manusia.

Ibnu Miskawayh menganalisis sebab-sebab ketakutan manusia terhadap kematian.

Pertama, tidak mengetahui hakikat kematian. Dalam hal ini terapi yang bisa diakukan adalah dengan meberi penjelasan bahwa kematian tidak lebih dari proses jiwa meninggalkan badan. Jiwa adalah substansi yang bersifat non fisik yang berbeda dengan substansi badan. Jika jiwa meninggalkan badan, maka jiwa tetap hidup sebagaimana yang enjadi sidatnya, jiwa menjadi bersih dari noda, dan memperoleh kebahagiaan total.

Sebab kedua adalah tidak mengetahui nasib jiwa seteah kematian, serta adanya dugaan bahwa jika badan rusak dan susunannya hancur, maka zatnya akan hancur dan jiwanya akan rusak,s erta dugaan bahwa aam akan selalu abadi, sedangkan ia tidak berada di dalamnya. Untuk sebab ini, kita harus memberitahu tentang hakikat keamatian, sebab orang semacam ini sebenarnya tidak takut pada keamtian, tetapi tidak tahu apa yanjg seharusnya ia tahu. Jadi, kebodohan itulah yang ditakuti yang menyebabkan timbulnya ketakutan. Cara embebaskan diri dari kebodohan ini adalah menegtahui bahwa jiwa merupakan suibstansi Ilahioah yang bersifat luhur. Jika jiwa terbebas dari substansi yang bersifat fisik, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan, kembali kepada malakutnya, dekat denga Sang Pencipta, meperoleh kemenangan di sisi Tuhan siesta alam dan bercampur dengan ruh-ruh yang baik dari bentuk dan jenis yang sama.

Sebab ketiga yang menyebabkan ketakutan akan kematian adalah kematian adalah penderitaan besar yang berbeda dengan penderitaan sebelumnya dan yang menimbulkan kematian. Untuk masalah ini, harus diberikan pengertian bahwa dugaan tersebut sama sekali tidak benar. Sebab, kematian hanya terjadi pada orang hidup. Orang yang hiduip adalah yang menerima pengaruh jiwa, sedangkan fisik yang tidak engandung pengaruh jiwa tidak erasakan sakit dan penderitaan. Jadi, kematian yang merupakan proses perpisahan jiwa dan badan tidak mengandung penderitaan.

Sebab keempat adalah adanya kepercayaan bahwa seseorang akan mendapatkan siksaan setelah kematian. Pada sebab ini, terapi yang bisa diberikan adalah pengertian yang jeas, bahwa sesungguhnya ia todak takut apda kematian, tetapi takut pada hukuman. Hukua hanya terjadi atas sesuatu yang abadi setelah badan engaami kehancuran. Jadi, ia sebenarnya tidak takut pada kematian, tetapi takut kepada dosa-dosanya. Barangsiapa yang takut hukuman atas suatu dosa, maka ia harus berhati-hati terhadap perbuatan dosa dan menjauhinya.

Ada penjelasan lain atas hukuman ini. Dikatakan bahwa hukuaman-hukuman setelah keatian pada hakikatnya adalah sara stress yang dialami jiwa setelah perpisahannya dengan badannya akibat perbuatan dosa-dosanya. Dimana ketika antara keduanya masih bersatu rasa stress –setiap perbuatan dosa akan menimbulkan stress pada jiwa- tersebut tidak terasa, lantaran masih diimbangi oleh kenikmatan duniawi yang dirasakan oleh badan. Ketika sang badan –penyeimbang di dunia- sudah tidak ada, jiwa akan merasakan betu rasa stress tersebut. Dan rasa itu akan semakin bertambah sakit ketika ia dikumpulkan dengan orang-orang stress lainnya.

Sebab terakhir adalah adanya penyesalan terhadap harta benda, sanak keluarga yang ditinggakan. Untuk sebab ini, harus diberikan penjelasan bahwa kesedihan merupakan sikap yang terburu-buru terhadap penderitaan. Ia harus mendapatkan penjelasan bahwa tujuan dan simpanan duniawi pasti mengalai kehancuran dan tidak abadi, dan dijelaskan bahwa semua itu menimbulkan nestapa besar terhadap keberadaannya dan duka lalra yang mendalam ketika kehilangannya. Oleh karena itu, pada ahli hikmah menghinanya dan berusaha mencapaiu nikat yang abadi dan kekal.

Dari pembahasan di atas, jelas bahwa sebab ketakutan yang sebenarnya daah ketidaktahuan seseorang akan kematian yang sesungguhnya. Sedangkan terapi dari semuanya adalah ilmu dan penjelasan yang utuh akan hakikat kematian.

*)disarikan dari buku Jiwa dalam Pandangan para Filosof Muslim dan kuliah-kuliah Sejarah Filsafat Islam yang diasuh oleh Prof. Mulyadhi Kartanegara.

0 komentar:

Posting Komentar

1. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Account E-Mail Anda, silahkan pilih Profile E-Mail
2. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Nama dan URL Anda, silahkan pilih Name/URL
3. Jika Anda ingin berkomentar tanpa diketahui nama Anda, silahkan pilih Anonymous