Kebanyakan orang
mempunyai perasaan takut akan kematian. Kematian seolah-olah sesuatu
yang menyeramkan, bahkan orang yang mati pun –yang sudah tidak berdaya
gerak- menjadi sasaran ketakutan manusia.
Ibnu Miskawayh
menganalisis sebab-sebab ketakutan manusia terhadap kematian.
Pertama, tidak
mengetahui hakikat kematian. Dalam hal ini terapi yang bisa diakukan
adalah dengan meberi penjelasan bahwa kematian tidak lebih dari proses
jiwa meninggalkan badan. Jiwa adalah substansi yang bersifat non fisik
yang berbeda dengan substansi badan. Jika jiwa meninggalkan badan, maka
jiwa tetap hidup sebagaimana yang enjadi sidatnya, jiwa menjadi bersih
dari noda, dan memperoleh kebahagiaan total.
Sebab kedua
adalah tidak mengetahui nasib jiwa seteah kematian, serta adanya dugaan
bahwa jika badan rusak dan susunannya hancur, maka zatnya akan hancur
dan jiwanya akan rusak,s erta dugaan bahwa aam akan selalu abadi,
sedangkan ia tidak berada di dalamnya. Untuk sebab ini, kita harus
memberitahu tentang hakikat keamatian, sebab orang semacam ini
sebenarnya tidak takut pada keamtian, tetapi tidak tahu apa yanjg
seharusnya ia tahu. Jadi, kebodohan itulah yang ditakuti yang
menyebabkan timbulnya ketakutan. Cara embebaskan diri dari kebodohan ini
adalah menegtahui bahwa jiwa merupakan suibstansi Ilahioah yang
bersifat luhur. Jika jiwa terbebas dari substansi yang bersifat fisik,
maka ia akan mendapatkan kebahagiaan, kembali kepada malakutnya, dekat
denga Sang Pencipta, meperoleh kemenangan di sisi Tuhan siesta alam dan
bercampur dengan ruh-ruh yang baik dari bentuk dan jenis yang sama.
Sebab ketiga
yang menyebabkan ketakutan akan kematian adalah kematian adalah
penderitaan besar yang berbeda dengan penderitaan sebelumnya dan yang
menimbulkan kematian. Untuk masalah ini, harus diberikan pengertian
bahwa dugaan tersebut sama sekali tidak benar. Sebab, kematian hanya
terjadi pada orang hidup. Orang yang hiduip adalah yang menerima
pengaruh jiwa, sedangkan fisik yang tidak engandung pengaruh jiwa tidak
erasakan sakit dan penderitaan. Jadi, kematian yang merupakan proses
perpisahan jiwa dan badan tidak mengandung penderitaan.
Sebab keempat
adalah adanya kepercayaan bahwa seseorang akan mendapatkan siksaan
setelah kematian. Pada sebab ini, terapi yang bisa diberikan adalah
pengertian yang jeas, bahwa sesungguhnya ia todak takut apda kematian,
tetapi takut pada hukuman. Hukua hanya terjadi atas sesuatu yang abadi
setelah badan engaami kehancuran. Jadi, ia sebenarnya tidak takut pada
kematian, tetapi takut kepada dosa-dosanya. Barangsiapa yang takut
hukuman atas suatu dosa, maka ia harus berhati-hati terhadap perbuatan
dosa dan menjauhinya.
Sebab terakhir
adalah adanya penyesalan terhadap harta benda, sanak keluarga yang
ditinggakan. Untuk sebab ini, harus diberikan penjelasan bahwa kesedihan
merupakan sikap yang terburu-buru terhadap penderitaan. Ia harus
mendapatkan penjelasan bahwa tujuan dan simpanan duniawi pasti mengalai
kehancuran dan tidak abadi, dan dijelaskan bahwa semua itu menimbulkan
nestapa besar terhadap keberadaannya dan duka lalra yang mendalam ketika
kehilangannya. Oleh karena itu, pada ahli hikmah menghinanya dan
berusaha mencapaiu nikat yang abadi dan kekal.
Dari
pembahasan di atas, jelas bahwa sebab ketakutan yang sebenarnya daah
ketidaktahuan seseorang akan kematian yang sesungguhnya. Sedangkan
terapi dari semuanya adalah ilmu dan penjelasan yang utuh akan hakikat
kematian.
*)disarikan dari
buku Jiwa dalam Pandangan para Filosof Muslim dan kuliah-kuliah Sejarah
Filsafat Islam yang diasuh oleh Prof. Mulyadhi Kartanegara.
0 komentar:
Posting Komentar
1. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Account E-Mail Anda, silahkan pilih Profile E-Mail
2. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Nama dan URL Anda, silahkan pilih Name/URL
3. Jika Anda ingin berkomentar tanpa diketahui nama Anda, silahkan pilih Anonymous