Pada saat sekarang ini, sering kita lihat di televisi atau mungkin di sekitar kita fenomena banjir terjadi dimana-mana. Banjir yang terjadi ini bukanlah karena faktor alam semata, tetapi karena ulah dan perilaku manusia sendiri. Kerusakan lingkungan alam dan atau kurangnya lingkungan hijau dapat menjadi salah satu sebab terjadinya banjir. Tindakan reboisasi atau penghijauan juga dapat menjadi cara untuk mencegah banjir. Sebagian orang menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung program tersebut. Demi menepis persangkaan yang salah ini, kali ini kami akan mengulas PENTINGNYA PENGHIJAUAN menurut tuntunan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- beserta dalil-dalilnya.
Para pembaca yang budiman, mungkin
anda masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
إِذَا مَاتَ
اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka
terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah
jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak
shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya”. [HR. Muslim dalam Kitab
Al-Washiyyah (4199)]
Perhatikan, satu diantara perkara yang
tak akan terputus amalannya bagi seorang manusia, walaupun ia telah
meninggal dunia adalah SEDEKAH JARIYAH, sedekah yang
terus mengalir pahalanya bagi seseorang.
Para ahli ilmu menyatakan bahwa
sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat
sumur umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam
tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan
lainnya.
Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang kita
tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita –walau telah
meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.
Rasulullah -Shallallahu
alaihi wa sallam- bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ
إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tak ada
seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung
memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah
karenanya”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab AL-Muzaro'ah (2320),
dan Muslim dalam Kitab Al-Musaqoh (3950)]
Al-Imam
Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata saat mengomentari
hadits ini,“Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk semua jenis hewan
dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala”. [Lihat Syarh
Ibnu Baththol (11/473)]
Seorang muslim yang menanam tanaman
tak akan pernah rugi di sisi Allah -Azza wa Jalla-, sebab
tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan,
bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu
diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan
haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman
yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Rasulullah -Shallallahu
alaihi wa sallam- bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا
سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ
صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ
أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
“Tak ada
seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari
tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi
sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu
(yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan
oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada
seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya” .
[HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]
Al-Imam
Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy -rahimahullah-
berkata menjelaskan faedah-faedah dari hadits yang mulia ini, “Di
dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman,
bahwa pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon dan
tanaman itu ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari
kiamat masih ada. Para ulama silang pendapat tentang pekerjaan yang
paling baik dan paling afdhol. Ada yang berpendapat bahwa yang terbaik
adalah perniagaan. Ada yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah
kerajinan tangan. Ada juga yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah
bercocok tanam. Inilah pendapat yang benar. Aku telah
memaparkan penjelasannya di akhir bab Al-Ath’imah dari kitab Syarh
Al-Muhadzdzab. Di dalam hadits-hadits ini terdapat keterangan
bahwa pahala dan ganjaran di akhirat hanyalah khusus bagi kaum muslimin,
dan bahwa seorang manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri
dari hartanya, atau dirusak oleh hewan, atau burung atau sejenisnya”. [Lihat Al-Minhaj (10/457)
oleh An-Nawawiy, cet. Dar Al-Ma'rifah, 1420 H]
Pahala sedekah
yang dijanjikan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam
hadits-hadits ini akan diraih oleh orang yang menanam, walapun ia tidak
meniatkan tanamannya yang diambil atau dirusak orang dan hewan sebagai
sedekah.
Al-Hafizh Abdur Rahman Ibnu Rajab Al-Baghdadiy -rahimahullah-
berkata, “Lahiriah hadits-hadits ini seluruhnya menunjukkan bahwa
perkara-perkara ini merupakan sedekah yang akan diberi ganjaran pahala
bagi orang yang menanamnya, tanpa perlu maksud dan niat”. [Lihat Iqozh
Al-Himam Al-Muntaqo min Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam (hal.
360) oleh Salim Al-Hilaliy, cet. Dar Ibn Al-Jauziy, 1419 H]
Penghijauan alias REBOISASI merupakan
amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan
untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang
ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu
bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya
terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam
peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya
bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa
menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi
lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat
tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit
ini.
Jika demikian banyak manfaat dari REBOISASI alias
penghijuan, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk
memanfaatkan tanah dan menanaminya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- dalam hadits-hadits lainnya,
seperti beliau pernah bersabda,
إِنْ قَامَتْ
السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا
يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
“Jika hari
kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat
bibit pohon korma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia
menanamnya, maka lakukanlah”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/183,
184, dan 191), Ath-Thoyalisiy dalam Al-Musnad (2068),
dan Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (479).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no.
9)]
Ahli Hadits Abad ini, Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albaniy-rahimahullah- berkata saat
memetik faedah dari hadits-hadits di atas, “Tak ada sesuatu (yakni,
dalil) yang paling kuat menunjukkan anjuran bercocok tanam sebagaimana
dalam hadits-hadits yang mulia ini, terlebih lagi hadits yang terakhir
diantaranya, karena di dalamnya terdapat targhib (dorongan) besar untuk
menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang dalam rangka
menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si penanam)
meninggal dunia. Maka pahalanya terus mengalir, dan dituliskan sebagai
pahala baginya sampai hari kiamat”. [Lihat Silsilah
Al-Ahadits Ash-Shohihah(1/1/38)]
Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- tidak mungkin memerintahkan suatu perkara kepada
umatnya dalam kondisi yang genting dan sempit seperti itu, kecuali
karena perkara itu amat penting, dan besar manfaatnya bagi seorang
manusia. Semua ini menunjukkan tentang keutamaan “Go Green” alias
program penghijauan yang digalakkan oleh pemerintah kita –semoga Allah
memberikan balasan kebaikan bagi mereka-.
Saking besarnya manfaat dari
penghijauan lingkungan alias REBOISASI, tanah yang
dahulu kering kerontang bisa berubah menjadi tanah subur. Sungai yang
dahulu gersang, dengan reboisasi bisa berubah menjadi berair.
Rasulullah -Shallallahu
alaihi wa sallam- pernah bersabda dalam sebuah yangshohih,
لاَ تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا
“Tak akan
tegak hari kiamat sampai tanah Arab menjadi tanah subur, dan
sungai-sungai”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/370
& 417), dan Muslim dalam Kitab Ash-Shodaqoh (2336)]
Ketika para
sahabat mendengarkan hadits-hadits ini, maka mereka berlomba-lomba dan
saling mendorong untuk melakukan program penghijauan ini, karena ingin
mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla- di dunia dan
di akhirat berupa ganjaran pahala.
Para pembaca yang budiman, jika kita mau
membuka sebagian kitab-kitab hadits yang berisi keterangan dan petunjuk
jalan hidup para salaf (pendahulu) kita dari kalangan sahabat dan
generasi setelahnya, maka kita akan mendapatkan manusia-manusia yang
memiliki semangat dalam menggalakkan perintah Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- dalam perkara ini.
Seorang tabi’in yang bernama Umaroh
bin Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshoriy Al-Madaniy -rahimahullah-
berkata,
سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ
يَقُوْلُ لأَبِيْ : مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَغْرِسَ أَرْضَكَ ؟ فَقَالَ لَهُ
أَبِيْ : أَنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ أَمُوْتُ غَدًا ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ :
أَعْزِمْ عَلَيْكَ لَتَغْرِسَنَّهَا, فَلَقَدْ رَأَيْتُ عُمَرَ بْنَ
الْخَطَّابِ يَغْرِسُهَا بِيَدِهِ مَعَ أَبِيْ
“Aku pernah
mendengarkan Umar bin Khoththob berkata kepada bapakku, “Apa yang
menghalangi dirimu untuk menanami tanahmu?” Bapakku berkata kepada
beliau, “Aku adalah orang yang sudah tua, akan mati besok”. Umar berkata
kepadanya, “Aku mengharuskan engkau (menanamnya). Engkau harus
menanamnya!” Sungguh aku melihat Umar bin Khoththob menanamnya dengan
tangannya bersama bapakku”. [HR. Ibnu Jarir Ath-Thobariy
sebagaimana dalamAsh-Shohihah (1/1/39)]
Sumber : Buletin
Jum’at At-Tauhid edisi 121 Tahun II.
0 komentar:
Posting Komentar
1. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Account E-Mail Anda, silahkan pilih Profile E-Mail
2. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Nama dan URL Anda, silahkan pilih Name/URL
3. Jika Anda ingin berkomentar tanpa diketahui nama Anda, silahkan pilih Anonymous