+ Huruf Lebih Besar | -Huruf Lebih Kecil

WELCOME

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas diluncurkannya Weblog ROHIS SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Mengingat begitu cepatnya perkembangan IPTEK khususnya dibidang...

Selasa, 15 November 2011

Bahasa Melayu Pernah Gemilang Melahirkan Peradaban Islam

Selasa, 15/11/2011 Prof Wan Noor Wan Mohd Daud Prof Wan Noor Wan Mohd Daud Dr. Adian Husaini pernah berkata bahasa kedua yang wajib dikuasai umat muslim setelah bahasa Arab adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu adalah bahasa Islam yang sempat berjaya menghasilkan kegemilangan peradaban Islam di tanah Melayu. Tak pelak, banyak lahir karya-karya Ilmu dari bahasa Melayu demi sumbangsih keilmuan Islam. Namun sayangnya kekuataan bahasa Melayu kini kian pudar. Di Malaysia saja misalnya, ketika etnis Melayu bekumpul dengan etnis China dan India, mereka lebih menggunakan bahasa Inggris. Padahal mereka hidup di tanah Melayu. Hal ini juga berlaku di negeri jiran lainnya seperti Singapura. Bahkan di Indonesia, kondisinya tidak jauh berbeda. Banyak para manuskrip keilmuan Islam di Melayu dibiarkan usang dan mendebu. Perkaranya lagi-lagi masalah bahasa. Generasi muda Islam tidak mampu membacanya. Bahkan kenal pun tidak. Menurut Direktur Centre For Advanced Studies on Islam, Science, and Civilization (CASIS) Universitas Teknologi Malaysia, Prof Wan Noor Wan Mohd Daud, pudarnya bahasa Melayu tidak terlepas dari peran sistem pendidikan kolonialisme yang memaksakan bahasa Inggris. Kejadian ini berlangsung sistematis dimana Kolonialis Inggris banyak melantik para cendekiawan dan bupati yang terampil dalam bahasa Inggris. “Mereka boleh berbicara bahasa Melayu, tapi tidak untuk membaca teks bahasa Melayu,” ujar Doktor dari Universitas Chicago ini kepada Eramuslim.com, Senin 14/11. Implikasi dari kebijakan ini ternyata tidak sepele. Umat muslim Melayu akhirnya kehilangan keterampilan untuk mengenali peradabannya sendiri. Dan pada gilirannya jarak antara Muslim Melayu dengan khazanah keilmuannya menjadi terputus. “Karena sebab itu khazanah peradaban Islam Melayu yang kaya raya itu menjadi tertutup dengan sendirinya. Sedangkan di sisi lain penguasaan mereka terhadap bahasa Inggris membuka paradigma mereka terhadap Khazanah-khazanah dalam bahasa Inggris,” terang pria yang sempat membesarkan ISTAC Malaysia ini panjang lebar. Pada titik inilah, lanjut Prof. Wan, terjadi gelombang besar dari umat Islam Melayu yang silau dengan peradaban Barat. Islam yang seharusnya tegak mendulang sejarah kegemilangannya digantikan peradaban Kolonial. “Mereka mengganggap (peradaban kolonial) ini sebagai peradaban yang besar,” tambanya yang meski lulusan Chicago tapi sangat aktif mengkritik liberalisme pemikiran Islam. Salah satu contoh kekayaan peradaban Islam Melayu adalah teks yang ditulis oleh Syekh Nuruddin ArRaniry pada tahun 1638. Saat itu Ar Raniry menerjemahkan Syarah Al Taftazani kepada Pandangan Imam Syafi’i yang ditulis sekitar abad 13 dan 14. Menariknya Ar Raniry adalah ulama fiqh yang memegang prinsip Fiqh Syafi’ idan Akidah Asy’ari. Sedangkan buku Al Taftazani yang diterjemahkan lebih berasaskan pada fiqih Hanafi dan Akidah Maturidi. “Ini menandakan kayanya Khazanah keilmuan Islam di Melayu sekaligus menunjukkan bahwa Islam di tanah Melayu meski berbeda pandangan fiqh dan mazhab, namun sepanjang itu membawa manfaat maka bisa digunakan,” tambah pria yang sempat bercerita kepada Eramuslim.com pengalamannya berbeda pendapat dengan FazlurRahman, dosennya di Chicago. Dalam teks yang tengah ia kaji di CASIS tersebut bahkan ada ungkapan menarik dari Syekh Nuruddin ArRaniry. “Bahwa Barangsiapa yang ketika diajak mencari ilmu namun ia meremehkannya maka dia kufur. Dan barangsiapa yang menghina gurunya dia juga kufur. Ada satuwawasan yang menghormati keilmuan dan menghormati para ulama.” Pungkasnya. (Pz) Sumber :Eramuslim.com

0 komentar:

Posting Komentar

1. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Account E-Mail Anda, silahkan pilih Profile E-Mail
2. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Nama dan URL Anda, silahkan pilih Name/URL
3. Jika Anda ingin berkomentar tanpa diketahui nama Anda, silahkan pilih Anonymous