+ Huruf Lebih Besar | -Huruf Lebih Kecil

WELCOME

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas diluncurkannya Weblog ROHIS SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Mengingat begitu cepatnya perkembangan IPTEK khususnya dibidang...

Rabu, 16 November 2011

Economica FEUI Gelar Film Dokumenter Pluralisme

Rabu, 16/11/2011 Senin sampai Selasa( 14-15/11) kemarin Economica FEUI menyelenggarakan screening Film Pluralisme bertema Pluralism Celebrating Differences, Embracing Similarities. Acara ini adalah sebuah sayembara film documenter bertajuk Documentary Days 2011. Dari pergelaran selama dua hari di FEUI ini ada Sembilan belas judul film yang diputar. Semua film itu berasal dari para peserta lomba yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Selain menampilkan film documenter mengenai pluralitas budaya di Indonesia, acara ini juga menampilkan film berhaluan Pluralisme Agama. Menurut brosur yang dibagikan kepada para penonton, tema ini diangkat karena selama ini Pluralisme dikungkung oleh kata ‘Perbedaan’ tanp ada diiringi kata ‘Persatuan’. Padahal Pluralisme menyapa kita di beragama ranah dan tentu saja ia bukan pemecah. Salah satu film yang diputar kemarin berjudul Indonesia Bukan Negara Islam. Film besutan Jason Iskandar ini mengisahkan dua siswa SMA Kanisius beragama Islam. Pada awalnya hampir tidak ada diskriminasi agama ketika mereka sekolah. Tetapi melihat aksi dari organisasi-organisasi Islam seperti FPI, mereka pun angkat bicara. Mereka menyatakan ketidak setujuannya atas aksi-aksi yang FPI lakukan hingga seolah-olah Indonesia adalah Negara Islam. Jajang C. Noer, praktisi perfilman yang hadir menjadi pembicara mengatakan bahwa organisasi-organisasi Islam seperti FPI tidak bisa bertindak seenaknya. Atas dasar bahwa Indonesia bukanlah Negara Islam kebebasan meyakini Pluralisme agama adalah suatu keniscayaan. Terlebih, pluralisme hadir demi sebuah kebaikan. “Pluralisme itu untuk kebaikan. Apalagi yang percaya kepada surga. Mau ke Surga harus menjadi Be Good, menjadi orang baik,” ujarnya di depan para penonton yang didominasi mahasiswa Universitas Indonesia itu, Selasa 15/11. Kewajiban perempuan mengenakan jilbab dalam konsep perundang-undangan pun juga tidak lepas dari sorotan Jajang. Menurut wanita yang sudah malang melintang dalam dunia perfilman itu kewajiban memaksakan jilbab bagi perempuan adalah bentuk pembodohan. "Buat apa jilbab diharuskan? Kalau untuk dipakai sendiri saja gak masalah. Tapi jika anak sekolah, PNS, diharuskan berjilbab, is very stupid think,” tambahnya. Meski Jajang telah meminta para penonton mengutarakan isi hatinya jika tak sepakat, mayoritas mahasiswa UI itu memilih diam membisu. Yang terjadi adalah ucapan Jajang justru diamini. Film lain yang menyoroti Pluralisme Agama berjudul Oase. Film berdurasi 10 menit ini berisi kumpulan dokumentasi dari sejumlah tokoh Agama seperti Pendeta Paulus Hartono (Ketua FPLAG Al Munawar). Mereka mengungkapkan pendapat mereka tentang Pluralisme Agama dan kenyataannya pada zaman sekarang. Menurut Helmi, selaku Ketua Panitia, sebenarnya Agenda Documentary Days 2011 ini tidak saja berkutat pada isu Pluralisme agama, tapi juga Pluralisme budaya. “Sebenarnya bukan pluralisme Agama saja yang kita angkat, tapi kita juga mengangkat Pluralisme dalam hal budaya. Jadi jika kita berbicara Pluralisme kita juga berbicara budaya. Dari berbagai sisi banyak terjadi perbedaan tapi hal itu tidak membuat kita jadi terpecah belah,” katanya. Helmi sendiri mengakui bahwa Isu Pluralisme Agama ini sangat sensitif. Namun acara ini hanya berniat untuk menampilkan realita yang ada. “Berbuat baik itu kan Universal. Jadi apapun agamanya jika misalkan dia menjadi orang yang baik dan mengikuti agamanya, mereka tidak bias dikatakan kafir. Tergantung dari mana melihat sudut pandanganya,” terang Mahasiswa Fakultas Ekonomi UI ini. Senada dengan Helmi, Pungky dari fihak panitia juga mengatakan bahwa pemahaman Pluralisme itu akan berbalik kepada mahasiswa itu sendiri. “Tujuan kita mengambil tema Pluralisme Agama hanya ingin menampilkan kenyataan yang ada. Bahwa Pluralisme itu ada dan banyak terjadi di Indonesia. Mengenai diterima atau ditolak, itu semua balik kepada para penontonnya,” katanya. Sebenarnya baru tahun ini Economica FEUI mengambil tajuk Pluralisme Agama. Sedangkan tahun lalu mereka memilih tema Human Rights untuk diangkat. “Kita biasa menampilkan sisi sosial yang mungkin masih bisa diperdebatkan,”tambah mahasiswi FEUI itu. Berbeda dengan realitas diatas, gagasan Pluralisme Agama yang merebak di UI justru mendapat kritikan keras Abdi Kurnia selaku Dosen Mata Kuliah Agama di UI. Ia mengatakan merebaknya virus pluralisme agama di UI tidak terlepas dari perubahan paradigma pendidikan di UI yang memasukkan tema Liberal Art dalam semua mata kuliahnya. “Tema Liberal Art itu menekankan kepada kebebebasan mahasiswa untuk berpendapat, mengambil sikap dan kebebasan mahasiswa untuk mengambil referensi,” ujarnya yang juga aktif menghalau pemikiran liberal di UI kepada Eramuslim.com, Selasa Siang (15/11) Beberapa mata kuliah yang menjadi proyek penerapan Liberal Art antara lain adalah mata kuliah Agama dan pengembangan kepribadian terpadu. Pada mata kuliah ini sangat terlihat sekali bagaimana Liberal Art itu dibangun. “Sebagai contoh di matakuliah bahasa Indonesia ada satu bahan bacaan yang berjudul Tuhan sudah mati. Disitu, mahasiswa diminta untuk menilai isi bacaan dari pertama sudut gramatika maupun tema,” tambah Dewan Pembina Depok Islamic Study Circle (DISC) tersebut. DISC sendiri adalah sebuah wadah kajian Mahasiswa Islam di lingkungan Masjid UI. Khusus untuk Mata kuliah Agama Islam itu ada 4 pokok bahasan dalamnya. Pertama manusia makna ajaran agama Islam. Kedua kerangka dasar ajaran agama Islam. Ketiga, dimensi sosial Agama Islam. Dan keempat hubungan agama dengan Iptek dan sosial budaya. “Pada pokok yang ketiga jelas sekali disitu dimasukkan konsep bahasan mengenai Islam dan Multikulturalisme serta Islam dan Pluralisme,” tandas dosen di berbagai Fakultas di UI ini seperti Teknik, MIPA, Ilmu Komputer, dan FISIP itu. (Pz) Sumber : Eramuslim.com

0 komentar:

Posting Komentar

1. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Account E-Mail Anda, silahkan pilih Profile E-Mail
2. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Nama dan URL Anda, silahkan pilih Name/URL
3. Jika Anda ingin berkomentar tanpa diketahui nama Anda, silahkan pilih Anonymous