+ Huruf Lebih Besar | -Huruf Lebih Kecil

WELCOME

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas diluncurkannya Weblog ROHIS SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Mengingat begitu cepatnya perkembangan IPTEK khususnya dibidang...

Rabu, 16 November 2011

SBY Sudah Selesai!

Rabu, 16/11/2011 Kian beratnya kehidupan rakyat, sesungguhnya mengkonfirmasi bahwa krisis ekonomi sudah terjadi. Di sisi lain, pemerintah sering berbohong dengan menggunakan angka-angka statistik yang bertolak belakang dengan realitas kehidupan nyata. Rakyat pun marah dan tidak percaya lagi kepada pemerintah. Dengan demikin pada dasarnya Rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah selesai. Tidak ada satu pun rezim yang dibangun dengan kebohongan yang mampu bertahan. Demikian benang merah yang mencuat dari diskusi bertajuk “Krisis Ekonomi dan Jatuhnya Pemimpin” yang diselenggarakan Rumah Perubahan 2.0, Selasa (15/11)di Jakarta. Diskusi menghadirkan ekonom senior DR. Rizal Ramli, anggota F-PKB DPR Lily Wahid, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, dan Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti. Ray Rangkuti memprediksi SBY akan ‘goyang’ pada 2012. Parpol anggota Sekretariat Gabungan (Setgab) yang sangat diandalkan untuk menopang kekuasannya, pada saatnya akan sadar, bahwa mereka hanya digunakan untuk melanggengkan kekuasaan SBY. Itulah sebabnya Setgab sangat rapuh. “Kalau kita perhatikan, sesungguhnya tidak ada satu kekuatan pun yang kini berpendapat SBY harus dipertahankan sampai 2014. Saya kira, pada 2012 SBY akan benar-benar jatuh. Bukan semata-mata karena soal kesejahteraan, tapi karena dia tidak sesuai dengan janji-janjinya dan ekspektasi rakyat. Seperti, memberantas korupsi, kasus Century yang tidak kunjung tuntas, dan lainnya. SBY banyak berbohong. Tidak ada satu pun rezim yang dibangun dengan kebohongan yang mampu bertahan. Dan, pada 2012 ini kebohongan-kebohongan itu akan ‘mengejar’ para pelakunya,” tukas Ray. Jatuh karena krisis ekonomi Menurut Fadli Zon, krisis ekonomi bisa menjatuhkan sebuah rezim yang berkuasa. Hal ini sudah terbukti dengan tumbangnya Soeharto yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun. Padahal, waktu itu IMF, Bank Dunia serta analis dalam negeri dan luar negeri mengatakan fundamental ekonomi Indonesia kuat. Krisis ekonomi sesungguhnya kini juga sudah terjadi. Dia mengatakan, SBY telah banyak melakukan kebohongan. Angka-angkanya, seperti pertumbuhan ekonomi, kurs rupiah, jumlah penduduk miskin yang terus turun, memang tampak bagus. Namun praktiknya dalam keseharian kehiduapn rakyat semakin susah. “Survei internal Prtai Gerindra menunjukkan masalah utama yang dihadapi rakyat adalah naiknya harga yaitu 30%. Setelah itu masalah sulitnya pekerjaan dan korupsi yang merajalela. Ke depan, harga-harga akan makin kacau karena pemeritah menganut sistem ekonomi neolib. Ini akan memicu kemarahan rakyat. SBY sdh selesai,” papar Fadli Zon. Pendapat senada juga datang dari Rizal Ramli. Mantan Menko Perekonomian ini mencontohkan pada 1996, tidak satu pihak pun menduga ak Harto akan jatuh. Sebaliknya banyak analis dalam dan luar negeri memuji fundamental ekonomi Indonesia. Hanya ECONIT yang waktu itu menerbitkan kajian dengan judul 1997 sebagai Tahun Ketidakpastian. Ternyata prediksi itu benar. Krisis ekonomi terjadi dan berdampak luar biasa bagi Indonesia yang sekaligus menjadi penyebab jatuhnya rezim Seoharto. Kini dunia, khususnya Amerika dan Eropa, juga dilanda krisis. Padahal, kedua kawasan ini menjadi pasar utama ekspor Indonesia. Sementara itu, beratnya beban hidup serta korupsi yang sistemik dan massif menurunkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Sayangnya pemerintah sekarang tidak kunjung belajar dari kesalahan masa lalu. Hal ini ditandai dengan masih belum berubahnya sistem ekonomi neolib yang dianut pemerintah ke sistem ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan konstitusi. “Krisis ekonomi bisa menjatuhkan pemimpin. Itu sudah terjadi di Yunani, Italia, Irlandia, dan banyak negara lain. Pada saat yang sama, pemerintah selalu membanggakan besarnya cadangan devisa yang US$110 miliar. Tidak pernah dijelaskan, dari jumlah itu berapa yang benar-benar dimilik negara. Padahal, negara hanya punya 25%. Sisanya adalah uang panas milik swasta yang sewaktu-waktu bisa ditarik kapan saja mereka mau. Kalau sudah begitu Indonesia bisa kolaps. Ditambah dengan kepercayaan rakyat yang turun, pemerintah memang bisa jatuh,” papar Rizal Ramli yang juga pendiri ECONIT Advisory. Tidak punya empati Menurut Lily Wahid, Presiden SBY terbukti tidak punya empati terhadap penderitaan rakyat. Di tengah tekanan harga berbagai barang kebutuhan dan jasa yang terus meningkat, SBY justru sibuk membuat lagu. Seharusnya dia mengambil perannya sebagai Presiden dan kepala negara untuk menyelematkan rakyatnya dari keterpurukan. “Saya kira ini tanda-tanda semakin dekatnya kejatuhan SBY. Indonesia seperti apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu di kemudian hari? Tidak mungkin kita serahkan masa depan Indonesia kepada pemerintah sekarang yang benar-benar neolib. Untuk itu, mari kita bergandeng tangan untuk melakukan perubahan, tentu saja dengan tetap berdoa kepada Allah SWT,” papar Lily. MZS Sumber : Eramuslim.com

0 komentar:

Posting Komentar

1. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Account E-Mail Anda, silahkan pilih Profile E-Mail
2. Jika Anda ingin berkomentar dengan menggunakan Nama dan URL Anda, silahkan pilih Name/URL
3. Jika Anda ingin berkomentar tanpa diketahui nama Anda, silahkan pilih Anonymous